TEBARKAN KASIH

Apa susahnya kita mengganti kata-kata kasar dg kata-kata yg santun dan menyejukkkan. Apa sulitnya kita mengubah caci-maki dg puja-puji. Seberapa beratnya kita membuang kalimat-kalimat penuh dendam kesumat dan menukarnya dg kalimat penuh cinta kasih dan rahmat.
Sudah sebodoh inikah kita, sudah sekeras dan sekasar inikah hati kita. Kemana perginya kearifan pikiran kita, kesantunan dan kehalusan budi kita. Terkubur di manakah hati nurani bening kita.
Sungguh indahnya hidup dan kehidupan kita andai kita mampu menghiasinya dg kebaikan, cinta kasih dan kemauan berbagi karunia Allah. Tentu kita lebih memilih melihat orang tersenyum bahagia ketimbang melihat wajah lusuh penuh nestapa dan air mata. Pasti kita lebih nyaman dan tentram menyaksikan orang-orang saling berjabat erat, bertegur sapa dan bercengkrama penuh damai drpd menonton orang-orang saling mengancam, mencaci, menghujat, memukul, melukai dan menista sesama dg kebencian dan dendam.
Kita tentu bersepakat bahwa keserakahan dan kedholiman merupakan musuh bersama. Konflik dan permusuhan merupakan ancaman terhadap harmoni dan keindahan. Perang dan tindakan saling menghancurkan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yg melahirkan nestapa panjang. Dendam kesumat akan melahirkan sikap dan tindakan fatal saling menyakiti yg terus berlanjut dan berkesinambungan dari generasi ke generasi.
Tidakkah kita semua ingin bahagia dan membahagiakan terhadap sesama. Tidakkah kita ingin sejahtera dan mensejahterakan sesama. Tidakkah kita ingin menjalani hari-hari penuh canda tawa dan tegur sapa. Tidakkah kita ingin menjadikan dunia menjadi semakin berwarna cinta. Atau sebaliknya kita sedang bersama ingin menghancurkan peradaban ummat manusia dg kata, propaganda, adu domba dan senjata.
Allah ciptakan alam semesta utk dikelola dan dinikmati bersama, bukan utk dihancurkan dan dikuasai satu dua dari kita.
Mari kita bangun keindahan, kenyamanan dan kedamaian hingga anak cucu kita.
Tebarkan kebaikan
Taburkan cinta kasih
Berbagi karunia
*saveakalsehat*
*bahagiabersamsama*
Oleh : gus labib asrori
Komentar
Posting Komentar