PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA
Pentingnya Pendidikan Agama Bagi Kehidupan
Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Demikian
pentingnya agama dalam kehidupan manusia, sehingga diakui atau tidak
sesungguhnya manusia sangatlah membutuhkan agama dan sangat dibutuhkanya agama
oleh manusia. Tidak saja di massa premitif dulu sewaktu ilmu pengetahuan belum
berkembang tetapi juga di zaman modern sekarang sewaktu ilmu dan teknologi
telah demikian maju.
Berikut ini sebagian dari bukti-bukti mengapa agama itu
sangat penting dalam kehidupan manusia.
a. Agama merupakan
sumber moral
Manusia sangatlah memerlukan akhlaq atau moral, karena moral
sangatlah penting dalam kehidupan. Moral adalah mustika hidup yang membedakan
manusia dari hewan. Manusia tanpa moral pada hakekatnya adalah binatang dan
manusia yang membinatang ini sangatlah berbahaya, ia akan lebih jahat dan lebih
buas dari pada binatang buas sendiri.
Tanpa moral kehidupan akan kacau balau, tidak saja kehidupan
perseorangan tetapi juga kehidupan masyarakat dan negara, sebab soal baik buruk
atau halal haram tidak lagi dipedulikan orang. Dan kalau halal haram tidak lagi
dihiraukan. Ini namanya sudah maehiavellisme. Machiavellisme adalah doktrin
machiavelli “tujuan menghalalkan cara kalau betul ini yang terjadi, biasa
saja kemudian bangsa dan negara hancur
binasa.
Ahmad Syauqi, 1868 – 1932 seorang penyair Arab mengatakan
“bahwa keberadaan suatu bangsa ditentukan oleh akhlak, jika akhlak telah
lenyap, akan lenyap pulalah bangsa itu”.
Dalam kehidupan seringkali moral melebihi peranan ilmu,
sebab ilmu adakalanya merugikan. “kemajuan ilmu dan teknologi mendorong manusia
kepada kebiadapan”
Demikian dikatakan oleh Prof. Dr. Alexis Carrel seorang
sarjana Amerika penerima hadiah nobel 1948 “moral dapat digali dan diperoleh
dalam agama, karena agama adalah sumber moral paling teguh. Nabi Muhammad Saw
di utus tidak lain juga untuk membawa misi moral, yaitu untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia”
W.M. Dixo dalam “The Human Situation” menulis “ Agama betul
atau salah dengan ajarannya percaya kepada Tuhan dan kehidupan akherat yang
akan datang, adalah dalam keseluruhannya kalau tidak satu-satunya peling
sedikit kita boleh percaya, merupakan dasar yang paling kecil bagi moral”.
Dari tulisan W.M. Dixon di atas ini dapat diketahui bahwa
agama merupakan sumber dan dasar (paling kuat) bagi moral, karena agama
menganjurkan kepercayaan kepada Tuhan dan kehidupan akherat. Pendapat Dixon ini
memang betul. Kalau orang betul beriman bahwa Tuhan itu ada dan Tuhan yang ada
itu maha mengetahui kepada tiap orang sesuai dengan amal yang dikerjakannya,
maka keimanan seperti ini merupakan sumber yang tidak kering-keringnya bagi
moral. Itulah sebabnya ditegaskan oleh Rasulullah Saw. Yang artinya : ”Orang mukmin yang paling
sempurna imanya ialah orang mukmin yang paling baik akhlaqnya” (Riwayat
Tirmizi)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pentingnya agama
dalam kehidupan disebabkan oleh sangat diperlukannya moral oleh manusia, karena
agama bersumber dari agama. Dan agama menjadi sumber moral, karena agama
menganjurkan iman kepada Tuhan dan kehidupan akherat, dan selain itu karena
adanya perintah dan larangan dalam agama.
b. Agama merupakan
petunjuk kebenaran
Salah satu hal yang ingin diketahui oleh manusia ialah apa
yang bernama kebenaran. Masalah ini masalah besar, dan menjadi tanda tanya
besar bagi manusia sejak zaman dahulu kala. Apa kebenaran itu, dan dimana dapat
diperoleh manusia dengan akal, dengan ilmu dan dengan filsafatnya ingin
mengetahui dan mencapainya dan yang menjadi tujuan ilmu dan filsafat tidak lain
juga untuk mencari jawaban atas tanda tanya besar itu, yaitu masalah kebenaran.
Tetapi dapat disayangkan, sebagaimana telah disebutkan dalam
uraian terdahulu, sebegitu jauh usaha ilmu dan filsafat untuk mencapai
kemampuan ilmu dan filsafat hanyalah sampai kepada kebenaran relatif atau
nisbi, padahal kebenaran relatif atau nisbi bukanlah kebenaran yang
sesungguhnya. Kebenaran yang sesungguhnya ialah kebenaran mutlak dan universal,
yaitu kebenaran yang sungguh-sungguh benar, absolut dan berlaku untuk semua
orang.
Tampakya sampai kapanpun masalah kebenaran akan tetap
merupakan misteri bagi manusia, kalau saja manusia hanya mengandalkan alat yang
bernama akal, atau ilmu atau juga filsafat (Demoikritas, 2004 : 360-460)
Kebenaran itu dalam sekali letaknya tidak terjangkau
semuanya oleh manusia. Penganut-penganut sufisme, yaitu aliran baru dalam
filsafat Yunani yang timbul pada pertengahan abad ke-5 menegaskan pula”.
Kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai oleh manusia.
Kemudian Bertrand Rossel seorang Failosuf Inggris termasyur
juga berkata “apa yang tidak sanggup dikerjakan oleh ahli ilmu pengetahuan,
ialah menentukan kebajikan (haq dan bathil). Segala sesuatu yang berkenaan
dengan nilai-nilai adalah di luar bidang ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai
dengan firman Allah yang artinya “Sesungguhnya telah kami turunkan al-Kitab
kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu memberi kepastian hukum di antara
manusia dengan apa yang telah ditunjukkan oleh Allah kepadamu” (an-Nisa’, 105)
c. Agama merupakan
sumber informasi tentang masalah metafisika
Prof Arnoid Toynbee memperkuat pernyataan yang demikian ini.
Menurut ahli sejarah Inggris kenamaan ini tabir rahasia alam semesta juga ingin
di singkap oleh manusia. Dalam bukunya “An Historian’s Aproach to religion” dia
menulis, “ Tidak ada satu jiwapun akan melalui hidup ini tanpa mendapat tantantangan-rangsangan
untuk memikirkan rahasia alam semesta”.
Ibnu Kholdum dalam kitab Muqaddimah-nya menulis “akal ada
sebuah timbangan yang tepat, yang catatannya pasti dan bisa dipercaya. Tetapi
mempergunakan akal untuk menimbang hakekat dari soal-soal yang berkaitan dengan
keesaan Tuhan, atau hidup sesudah mati, atau sifat-sifat Tuhan atau soal-soal
lain yang luar lingkungan akal, adalah sebagai mencoba mempergunakan timbangan
tukang emas untuk menimbang gunung, ini tidak berarti bahwa timbangannya itu sendiri
yang kurang tepat. Soalnya ialah karena akal mempunyai batas-batas yang
membatasinya.
Berhubungan dengan itu persoalan yang menyangkut metafisika
masih gelap bagi manusia dan belum mendapat penyelesaian semua tanda tanya
tentang itu tidak terjawab oleh akal.
d. Agama memberikan
bimbingan rohani bagi manusia, baik dikala suka maupun di kala duka
Hidup manusia di dunia yang pana ini kadang-kadang suka tapi
kadang-kadang juga duka. Maklumlah dunia bukanlah surga, tetapi juga bukan
neraka. Jika dunia itu surga, tentulah hanya kegembiraan yang ada, dan jika
dunia itu neraka tentulah hanya penderitaan yang terjadi. Kenyataan yang
menunjukan bahwa kehidupan dunia adalah rangkaian dari suka dan duka yang silih
berganti.
Firman Allah Swt yang artinya : “Setiap jiwa pasti akan
merasakan kematian, dan engkau kami coba dengan yang buruk dan dengan yang baik
sebagai ujian” (al-Ambiya, 35).
Dalam masyarakat dapat dilihat seringkali orang salah
mengambil sikap menghadapi cobaan suka dan duka ini. Misalnya dikala suka,
orang mabuk kepayang da lupa daratan. Bermacam karunia Tuhan yang ada padanya
tidak mengantarkan dia kepada kebaikan tetapi malah membuat manusia jahat.
(Shaleh, 2005: 45)
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
sikap yang salah juga sering dilakukan orang sewaktu di rundung duka. Misalnya
orang hanyut dalam himpitan kesedihan yang berkepanjangan. Dari sikap yang
keliru seperti itu dapat timbul gangguan kejiwaan seperti lesu, murung, malas,
kurang gairah hidup, putus asa dan merasa tidak berguna bagi orang lain.
Komentar
Posting Komentar